Rabu, 25 November 2009

MENTAATI SUAMI

Al-Asma'i adalah seorang mentri masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Pada suatu hari ia berburu bersama prajuritnya kepadang pasir untuk melepaskan ras lelah dan bosan. Ditengah rasa haus dan lelah yang menderita, Al-Asma'i mendapati sebuah kemah .. ternyata didalam kemah itu ia mendapati seorang wanita muda lagi cantik.

Melihat kemunculan Al-Asma'i wanita itu mempersilahkan ia masuk dan meminta duduk agak menjauh. Al-Asma'i berkata," namaku Al-Asma'i, tolong beri aku air minum". Wajah wanita itu berubah,ia menjawab," Sungguh aku tidak bisa memberikan air minum sedikitpun kepadamu, sebab suamiku tidak mengizinkan aku untuk memberikan air kepada siapapun. Namun aku mempunyai minuman pagi hari, yaitu susu. Silahkan minum. Al-Asma'i minum dengan rakusnya sementara wanita itu diam seribu bahasa.

Tiba-tiba muka wanita itu mulai berubah. Ia melihat kedatangan seseorang," suamiku datang," katanya. Ia lantas mengambil air dan keluar dari kemahnya. Ternyata suaminya sudah tua, buruk mukanya dan hitam kelam. Wanita cantik tersebut membantu si kakek turun dari ontanya, membasuh dua tangan dan kakinya dengan penuh kesetiaan,dan mengiringinya masuk kedalam kemah. Kakek tua itu ternyata buruk perangainya ia tidak menengur Al-Asma'i dan memperlakukan istrinya dengan kasar. Melihat itu Al-Asma'i memjadi benci padanya dan segera pamit.

Ketika mengantarkan keluar kemah, Al-Asma'i berkata," Saya menyesali keadaanmu, kamu sangat tergantung kepada orang sejelek dia. Untuk apa? karena hartanya? sedangkan ia miskin. Karena akhlaknya? padahal perangainya sangat buruk. Atau kamu tertarik karena ketampanannya? padahal ia seorang yang tua dan buruk, Mengapa kamu tertarik padanya???

Wajah wanita itu pucat pasi. Lalu ia berkata dengan suara begitu keras," Asma'i! Akulah yang menyesali keadaanmu. Aku tidak menyangka sama sekali anda mengahapus rasa kecintaan dihatiku kepada suamiku dengan jalan menjelek-jelekkan suamiku."

"Wahai Asma'i ! Tidakkah kau tahu mengapa aku melakukan semua ini? Aku mendengar Nabi yang mulia bersabda," Iman itu setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah bersyukur."Aku bersyukur kepada Allah karena telah menganugerahkan kemudaan, kecantikan dan akhlak yang baik. Aku ingin menyempurnakan setengah imanku lagi dengan kesabaran dalam berkhitmad pada suamiku."

Mendengar ucapan wanita itu Al-Asma'i hanya bisa diam seribu bahasa.

Hafi Suyanto ( majalah Sabili)

Selasa, 24 November 2009

8 PENGERTIAN CINTA MENURUT AL-QUR'AN

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta Mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta Syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta Syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

sumber : Mubarak Institute
( http://cinta-sufi.blogspot.com )

Jumat, 20 November 2009

EMPAT ISTRI

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai empat orang istri. Dia mencintai istri keempat dan memberikannya harta dan kesenangan. Sebab dialah yang tercantik dari semua istrinya. Pedagang itu mencintai istri ketiga , dia bangga dengan istrinya ini dan selalu mengenalkan kepada teman-temannya. Namun dia khawatir kalau istrinya ini kan lari dengan pria lain.

Dia pun punya istri ke dua yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini dapat masalah dia selalu minta pertimbangan istrinya ini. Dia selalu menolong dn mendampingi suaminya ini, melewati masa-masa sulit.

Istri pertama adalah pasangan yang sangat setia, selalu membawa perbaikan pada keluarga ini, merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha suami. Akan tetapi sang pedagang tidak begitu mencintainya. Walaupun istri pertama ini sangat sayang padanya.

Suatu ketika sang pedagang jatuh sakit dan ia menyadari akan segera meninggal dunia. Lalu ia meminta semua istrinya datang, setelah semua istrinya berkumpul dan mulailah bertanya pada istri keempatnya. "kaulah yang paling kucintai, kuberi kau gaun dan perhiyasan yang indah. Nah sekarang aku akan mati maukah kau mendampingiku dan menemaniku?" " Tentu tidak,"jawab istri keempat

Pedagang itu lalu bertanya pada istri ketiga," Akupun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku dan menemani kahir ayatku?" Istri ketiganya menjawab," Hidup begitu indah disini , aku akan menikah lagi jika kau mati."

Lalu ia bertanya pada istri keduanya," Aku selalu berpaling padamu setiap mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini aku butuh pertolonganmu skali lagi. Kalau aku mati maukah kau ikut denganku dan mendampingiku?" Istri keduanya menjawab," Maafkan,aku tidak bisa menolongmu kali ini,nanti akan aku buatkan makam yang indah untukmu".

Tiba-tiba terdengar suara." Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun engkau pergi. Aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan setia padamu. Sang pedagang lalu menoleh dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus, merasa menyesal, sang pedagang bergumam," Kalau saja aku bisa merawatmu sewaktu aku mampu, tak aku biarkan kau seperti ini istriku".

Sesungguhnya kita mempunyai empat istri dalam hidup ini. Istri keempat adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah,semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera setelah kita meninggal.Tak ada kegagahan dan keindahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri ketiga adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sedangkan istri kedua adalah kerabat dan teman-teman. Seberapa dekat hubungan kita dengan mereka, Mereka tidak akan bisa dengan kita selamanya.

Sesungguhnya istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.




Sumber : Ikhwan Fauzi ( majalah Sabili).

Sabtu, 14 November 2009

UNTUKMU IBUNDA


Jalinan Benang anyaman hidupku
Terpapar lara nan sedih
Kau rangkai segala duka jalinan hatimu
Kemasgulan hatiku luntuh...
Tebar sayangmu, mutiara matamu, semua bahagiaku
Ku ingin dekapmu selamanya...

Kau tuntun aku dengan hatimu
Kau tunjukkan hidup...
Walau papa namun indah
Dengan rangkaian bunga sukma
Dengan lapang dada
Kau tegar tak bergeming

Kau tahu laraku
Kau sabarkan, kau yakinkan
kau tunjukkan dengan kasihmu

Roda hidup kami berjalan indah
Dengan rangkaian manik hatimu
Linang matamu... banting tulangmu...
Kau berikan semua untukku
Doa tulusmu selalu sertaiku

Inginku menyuruk dalam kasihmu
Selalu meringkuh diketiakmu
Rasakan kehangatan
Oh...Tuhan kaulah pembalas yang adil
( Ibu tiada ungkaian kata yang sanggup lukiskan kasihmu)


karaya Vivi Mariani ditulis tahun 1996.
ty sobat dah mau bagi puisinya

BELAJAR MENANGIS


Belajar menangis yang dimaksud bukanlah menangis dalam skenario drama atau film yang dibuat sebagai bumbu pelengkap, penyempurna adegan agar terlihat dramatis dan bersifat metaforis. Menangis disini bukan pula menangis di atas panggung dan tertawa di belakangnya.

Bila orang menangis karena dapat musibah itu biasa aja. Jika sekali waktu kita menangis karena merasakan sakit ini jg sering terjadi. Tangis menangis karena sebab seperti itu biasa dan wajar karena timbul dari rasa ibahati, rasa sedih diri atau karena meraakan sakit.

Tetapi belajarlah menangisi diri dihadapan Allah.

Merenung sejenak senbari menyesali berbagai kekeliruan kita selama ini, kemudian belajarlah mulai menangis. Air mata menetes di keheningan malam, disuasana lantunan doa dan istigfar berangkat dari rasa kekhawatiran yang dalam, pertanda kita masih mempunyai hati nurani.

Seharusnya kita berduka cita kalau Allah tidak berkenan dengan prilaku kita selama ini. Sepatutnya kita khawatir kalu-kalau amal ibadah kita tidak diterima Allah dan kita harus merasa takut kalau-kalau dosa-dosa kita tidak diampuni-Nya.

Belajar menangis seperti itulah yang harus kita tradisikan,tentu bukan menangisnya yang kita jadikan objek persoalan. Tetapi penyesalan terhadap ibadah yang selama ini kita lalaikan.

Alangkah kagumnya kita pada orang-orang shaleh terdahulu, mereka tidak hanya mengerti tetapi juga meresapi dan mengamalkan seluruh ajaran islam. Sehingga wajarlah kalau dibacakan ayat-ayat Allah bergetar hati mereka.

Lalu bagaimana dengan hati kita ? Sudahkah hati kita bergetar saat ayat-ayat Al-Quran dilantunkan???
Alangkah indahnya kalau kita termasuk orang-orang yang disebutkan dalam Al-Qur'an : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu apa bila disebut nama Allah bergetar hati mereka, dan apa bila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawaqal.(QS Al-Anfal: 2). " Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'," ( QS. Al-Isra : 109)

Hati yang mati karena pengaruh gemerlapnya duniawi selamanya akan menghapus perasaan khusyu'.Bila sudah sedemikian jauh alangkah celakanya kita. Karena dalam kehidupan hari ini kita tidak menangis, maka kita akan menangis di kehidupan lain (akhirat) sebagaimana Rasulullah saw katakan : "Setiap mata akan menangis dihari kiamat kecuali mata yang telah menangis karena takut pada Allah dan mata yang berjaga dijalan Allah.(HR Tarmidzi).Karenanya marilah kita belajar menangis sebelum ditangisi atau menangisi diri sendiri.

Ikhwan Fauzi

Jumat, 06 November 2009

KEBENARAN SEJATI

Ketika Salman Al-Farisi mencari kebenaran sejati, ia harus menembus kabut gelap dan tandusnya tanah persia. Meninggalkan keluarga dan kaumnya yang menyembah api, hidup terlunta-lunta, bahkan menjadi budak. Toh ia tetap gigih pada pendiriannya. Sampai cahaya kebenaran itu ia dapatkan di tempat yang lama ia impikan, Madinah. Disinilah ia berjumpa dengan manusia agung nan mulia,Rasulullah saw yang memperkenalkannya pada Al-Haq, Allah Rabbul Izzati.

Islam mengubah hidup Salman. Dari seorang budak menjadi manusia merdeka. Rasulullahpun menghargai pendapatnya dalam Perang Khandaq. Bahkan Beliau menganggap Salman bagian dari keluarganya.

Berabad-abad setelah itu seorang ahli kelautan asal Prancis mendapatkan kebenaran sejati dengan cara yang menakjubkan sekaligus mengharukan. Bertahun-tahun berkecimpung dan mengembara dilaut lepas, Jaques Costeau -nama ilmuwan itu- menemukan fenomena yang mengetarkan jiwa dan sel-sel keingintahuannya yang amat besar.

Saat berada di "perbatasan" Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik, Jaques Costeau melihat ada semacam tirai yang membatasi arus pertemuan kedua samudera itu. Ini sungguh diluar dugaannya. Rasa takjub itu itu ia sampaikan kepada sahabatnya Maurice Bucaille. Pengarang buku Quran, Bibel dan sains modern ini kemudian menuntunnya pada firman Allah : " Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian keduanya bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing". (QS Ar-Rahman: 19-20)

Kenyataan itu sungguh membuat Jaques Costeau terpana. Sebagai orang pertama yang menemukan fenomena itu, ia yakin bahwa Rasulullah saw telah menyampaikan wahyu dari Yang Maha Suci. Sungguh tidak mungkin Rasulullah berdusta dan sungguh kelirulah orang-orang yang mendustakannya. Kebenaran sejati telah ia temukan. Tak perlu waktu lama ia kemudian memeluk Islam. Seperti Firman Allah: " Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu maka jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu-ragu." (QS. Al-Baqarah:147)

Islam adalah cahaya yang menerangi. Cahayanya menghidupkan hati-hati yang mati agar mampu memahami hakikat kehidupan ini. Bersyukurlah kita sebagai muslim karena kita memiliki potensi untuk menata hidup dan kehidupan selaras dengan kehendak Illahi. Sayang masih banyak orang yang bersikap apriori terhadap islam dengan berbagai alasan. Bahkan mereka berusaha menghalangi manusia dari jalan Allah. Caranya adalah dengan mengaburkan hakikat kebenaran sejati yang melekat dalam ajaran Islam maupun dalam kehidupan. Kalau perlu mereka mempertentangkan kekeliruan agar manusia tak tahu lagi kebenaran yang akan diyakininya.

Maha Besar Allah, sesungguhnya segala sesuatu dialam semesta ini hanya tunduk kepada-Nya, dengan suka rela atau terpaksa. Apakah orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah SWT dan Muhammad sebagai rasul-Nya mampu menahan laju usia mereka sendiri? Sungguh, hanya kepada-Nya kita semua akan kembali.

Sumber : Imam Nurmawan( majalah Sabilli 25 thn 2001)

listen qur'an

Listen to Quran