Kamis, 10 November 2011

BAB II. TUNDUK DALAM KEPASRAHAN

Masih ingatkah pelajaran rukun shalat yang pernah kita terima ketika kita masih duduk di bangku SD, SMP atau SMA?. Secara ringkas, rukun shalat adalah sebagai berikut :


1.Niat
2. Takbir
3. Berdiri
4. Membaca Al Fatihah
5. Rukuk
6. Itidal
7. Sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Tahiyyad akhir
10. Salam

Beberapa mahzab ada yang menambahkan rukun shalat dengan tu'maninah, tertib dan berurutan, serta sedikit variasi di dalam detail masing-masing rukunnya.

#Evaluasi pelaksanaan rukun shalat#

Saya tidak akan membahas secara detail masalah rukun shalat disini. Rasanya sudah sangat sering dibahas dan sangat banyak buku-buku yang menulis tentangnya. Saya hanya ingin mengajak Anda untuk melihat kembali apakah rukun shalat tersebut sudah dilakukan dengan benar?

Pada bab sebelumnya kita sudah membahas masalah niat. Sekarang mari kita lihat rukun yang lainnya lagi.

Coba kita perhatikan rukun shalat di atas. Bacaan apa saja yang dimasukkan ke dalam rukun shalat? Jawabannya adalah Al Fatihah dan tahiyyad akhir (shalawat). Dapat juga ditambahkan dengan takbir dan salam yang juga harus diucapkan. Bacaan lainnya adalah sunnah. Jika dibaca menambah pahala, jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya.

Jika demikian, apakah yang wajib dilakukan ketika rukuk atau sujud? Pertanyaan ini sederhana saja sifatnya, tapi selama ini banyak yang tidak memperhatikannya sehingga bingung menjawabnya. Jawabnya adalah gerakan rukuk dan sujud itu sendiri. Jika kita tidak membungkukkan dan menyujudkan badan maka shalat kita tidak sah, kecuali jika kita sedang uzur tentunya. Sedangkan bacaan di dalamnya adalah sunnah, tidak dibaca tidak apa-apa. Shalat kita tetap sah.

Coba kita ingat kembali pelaksanaan shalat yang selama ini telah kita lakukan. Manakah yang lebih kita perhatikan ketika kita melakukan rukuk dan sujud? Bacaan atau gerakan? Banyak sekali orang mengira bahwa dia memperhatikan kedua-duanya, tetapi coba kita ingat-ingat kembali : Pernahkah kita memperhatikan apakah gerakan rukuk dan sujud kita telah sempurna? Apakah punggung kita telah lurus sehingga jika diletakkan gelas berisi air tidak tumpah? Apakah kita telah mengamalkan gerakan rukuk dan sujud sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini?

Abu Humaid As-Sa'idi r.a berkata, "Aku mengingat shalat Rasulullah Saw lebih baik daripada siapa pun diantara kalian. Aku melihat Nabi Saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan mengucapkan takbir, dan ketika rukuk Nabi Saw meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas dua lututnya dan punggungnya membungkuk lurus, kemudian setelah bangkit dari rukuk Nabi Saw berdiri tegak hingga semua tulang punggungnya berada dalam posisi normal. Ketika sujud, Nabi Saw meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas tanah dan menjauhkan lengan bagian bawahnya dari tanah dan tubuhnya, dan jari jemari (kakinya) menghadap ke arah kiblat. Ketika duduk pada rakaat kedua, Nabi Saw duduk diatas kaki kirinya dan menyangga kakinya sebelah kanan; dan pada rakaat terakhir Nabi Saw menekan kakinya sebelah kiri kedepan dan menopang kakinya sebelah kanan dan duduk diatas pinggulnya". (1:791 - Shahih Al Bukhari).

*Bacaan bukan panglima*

Sadar atau tidak sadar, bacaan bagi kebanyakan kita telah menjadi panglima dalam shalat. Cepat-lambat atau panjang pendeknya bacaan telah menentukan lamanya shalat. Perpindahan antara satu gerakan ke gerakan lain dalam shalat ditentukan oleh selesainya bacaan, seolah-olah bacaan menjadi aba-aba dalam shalat. Begitu kita selesai membaca bacaan sujud 3x, maka segera kita bergerak untuk duduk. Begitu selesai menyampaikan 8 permohonan disaat duduk diantara 2 sujud, kita langsung bergerak untuk sujud kembali.

Kebiasaan ini mungkin dilakukan karena mencontoh dari apa yang kita lihat ketika shalat berjamaah. Dalam shalat berjamaah, setelah selesai membaca Al Fatihah dan surat pendek, imam shalat biasanya akan mengucapkan takbir sebagai tanda kita harus rukuk. Kita lalu mengambil kesimpulan, bahwa selesainya bacaan shalat menjadi batas lamanya gerakan shalat yang lainnya. Padahal tolok ukurnya berbeda. Ketika kita berdiri membaca Al Fatihah, bacaannya adalah wajib. Sedang ketika rukuk, itidal, sujud dan duduk, bacaannya sunnah, yang wajib adalah gerakannya.


Mungkin Anda bertanya-tanya, jika bukan bacaan lalu apa yang menentukan lamanya gerakan rukuk, i’tidal, sujud dan duduk? Marilah kita lihat apa yang diajarkan Nabi ketika memberikan pelatihan shalat secara singkat kepada seseorang sebagaimana hadits dibawah ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid dan seseorang mengikutinya. Orang itu mengerjakan shalat kemudian menemui Nabi Saw dan mengucapkan salam. Nabi Saw membalas salamnya dan berkata, "Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat". Orang mengerjakan shalat dengan cara sebelumnya, kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi Saw. Beliau pun kembali berkata, "Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat". Hal itu terjadi tiga kali. Orang itu berkata, "Demi Dia yang mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat dengan cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara shalat". Nabi Saw bersabda, "Ketika kau berdiri untuk shalat, ucapkan takbir lalu bacalah (surah) dari Al Quran kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang (thuma'ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri lurus, lalu sujudlah hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam setiap shalatmu". (1:724 - Shahih Al Bukhari).

Jika kita membaca hadits diatas, kita bisa duga, bahwa orang itu sudah mengetahui bacaan dan gerakan-gerakan shalat. Tapi mungkin pelaksanaan dilakukan secara terburu-buru. Karena itu, Nabi tidak lagi mengajarkan bacaan dan dasar-dasar shalat lainnya. Nabi mengajarkan apa yang perlu diperbaiki oleh orang itu. Beliau mengajarkan, bahwa lamanya gerakan shalat, khususnya ketika ruku', sujud dan duduk, bukanlah ditentukan oleh selesainya bacaan, tetapi sampai kita merasa tenang.

Mungkin orang itu sama seperti kita. Kita hafal seluruh bacaan shalat, tahu gerakan-gerakan shalat dan mungkin juga seluk beluk shalat lainnya. Kita merasa shalat kita sudah sempurna seperti yang dicontohkan Nabi. Kita sering tidak sadar, ketika shalat kita sering membaca bacaan dengan cepat agar shalat kita cepat selesai. Ternyata shalat semacam itu dipandang Nabi hanya seperti angin lalu saja. Sia-sia. Diulang berkali-kali pun tidak ada gunanya.

>Rukun shalat yang dilupakan<

Kesempurnaan gerakan tidak mungkin dicapai jika kita terburu-buru dalam melaksanakan shalat. Gerakan-gerakan shalat harus dilakukan dengan perlahan-lahan dan penuh perasaan. Dalam rukun shalat, hal itu disebut sebagai THUMA'NINAH. Thuma'ninah diartikan sebagai berhenti sebentar dalam setiap gerakan hingga seluruh tulang dan persendian kembali pada posisi yang tepat dan tubuh terasa tenang.

Thuma'ninah sebetulnya termasuk dalam rukun shalat pada sebagian besar mahzab. Ada yang dinyatakan sebagai salah satu rukun, ada pula yang digabung dengan rukun lain. Mahzab Syafi’i yang dianut oleh sebagian besar orang Indonesia menggabungkan thuma'ninah dalam rukun yang lain, seperti rukuk dengan thuma'ninah, sujud dengan thuma'ninah, duduk dengan thuma'ninah. Tetapi karena thuma'ninah bukan merupakan gerakan atau bacaan, maka dia sering dilupakan orang. Padahal sebagai rukun, sebetulnya thuma'ninah tidak boleh ditinggalkan. Shalat tanpa thuma'ninah kira-kira sama dengan shalat tanpa bertakbir atau tanpa membaca Al Fatihah atau tanpa salam. Artinya, shalat tersebut tidak sah!

Berikut ini adalah tabel perbandingan rukun shalat dalam 4 mahzab. 6


                                                     Syafi'i            Malik                Hanafi             Hambali

1.Niat                                           rukun          rukun               rukun                 rukun

2.Takbiratul Ihram                  rukun          rukun               rukun                 rukun
3.Berdiri                                      rukun          rukun              rukun                 rukun
4.Membaca Al-Fatihah           rukun          rukun               rukun                 rukun
5.Rukuk                                      rukun          rukun               rukun                 rukun
6.I'tidal                                       rukun          rukun                ---                      rukun
7.Sujud                                       rukun           rukun              rukun                 rukun
8.Duduk antara dua sujud     rukun          rukun                ----                    rukun
9.Duduk tasyahhud akhir      rukun          rukun                rukun                rukun
10.membaca tasyahud akhr  rukun         rukun                 ----                  rukun
11.Membaca shalawat             rukun         rukun                 ----                  rukun
12. Salam                                  rukun          rukun                 -----                  rukun
13.tertip                                   rukun           rukun                ------                 rukun

14. thuma'ninah                      rukun *)       rukun               -----                  rukun

*) Digabungkan dengan rukun lainnya
Gerakan yang menghantarkan jiwa
Gerakan tubuh sangat penting untuk menghantarkan hati dan jiwa mencapai ketundukan dan kerendahan dihadapan Allah. Untuk lebih memahaminya mari kita lakukan latihan berikut ini.


LATIHAN 3


Duduklah seperti duduk diantara dua sujud.

Kepalkan telapak tangan di depan dada dengan kuat.
Busungkan dada dan kepala agak menengadah.

Katakan dalam hati :

"Aku pasrah, aku pasrah, aku pasrah ……"
Amati apa yang Anda rasakan.

Setelah selesai kendorkan badan. Tundukkan kepala.

Letakkan tangan menelungkup diatas paha. Katakan sekali lagi :
"Aku pasrah, aku pasrah, aku pasrah ……"
Amati apa yang Anda rasakan.

STOP
Jangan melanjutkan membaca sebelum melakukan latihan di atas.

Coba bandingkan, manakah yang lebih terasa pasrah? Posisi yang pertama atau yang kedua?

Umumnya orang merasakan posisi yang kedua yang lebih terasa pasrah. Ketika tubuh rileks dan membungkuk, maka akan lebih mudah bagi orang untuk mencapai posisi kepasrahan diri. Sebaliknya, sangat sulit mencapai posisi pasrah atau rendah hati jika tubuh tegang dan dada membusung, sikap tubuh yang biasanya terdapat pada orang sombong dan angkuh.


LATIHAN 4

Duduklah seperti duduk diantara dua sujud dengan posisi seperti Latihan 3 bagian yang kedua.

Kendorkan badan. Tundukan kepala.
Letakkan tangan menelungkup diatas paha. Lalu katakan:
"Aku pasrah, aku pasrah, aku pasrah ……"

Amati apa yang Anda rasakan.
Lalu, langsung teruskan kepasrahan Anda. Kali tanpa kata-kata, tanpa bacaan.
Pasrahkan saja dan rendahkanlah hati Anda, lalu biarkan tubuh Anda lerem, bergerak mengikuti kepasrahan. Jika tubuh Anda cenderung untuk condong kedepan, ikuti saja, jangan ditahan.
Teruslah untuk semakin pasrah dan rela.

Amati lagi apa yang Anda rasakan

STOP
Jangan melanjutkan membaca sebelum melakukan latihan di atas

Coba bandingkan apa yang Anda rasakan. Manakah yang terasa lebih pasrah dan lebih enak, yang menggunakan kata-kata atau yang tanpa kata-kata?
Hampir semua orang yang pernah melakukan Latihan 4 mengatakan, bahwa yang lebih terasa enak adalah yang tanpa kata-kata!

Ketika kita menggunakan kata-kata, otak kiri yang berkaitan dengan logika, hafalan, sekuensial, akan berperan aktif. Ketika kita pasrah tanpa kata-kata, maka otak kiri tidak lagi aktif. Otak kanan yang berkaitan dengan rasa, emosi, acak, yang berperan aktif. Akibatnya lebih terasa enak.

Ketika hati kita pasrah atau tunduk dalam keadaan diam (tanpa kata), maka pikiran kita bergerak mengikuti naluri. Tubuh pun ikut pasrah sehingga otot-otot lebih kendor dan terasa rileks. Jika kepasrahan itu diteruskan dan diikuti dengan sepenuh hati, maka orang akan tersujud dengan sendirinya. Sujud yang bukan dari perintah otak, tetapi sujud yang muncul dari hati yang berserah diri.

Rukuk dan sujud dengan penuh kerendahan

Dari banyak gerakan-gerakan shalat, gerakan rukuk dan sujud adalah yang paling penting. Dalam beberapa ayat di dalam Al Qur'an, rukuk dan sujud kadang digunakan sebagai pengganti kata shalat, misalnya saja surat Al Hajj : 26.

Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud”.

Rukuk dan sujud sedemikian penting, sehingga Nabi memerintahkan untuk menyempurnakannya.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Dari Nabi saw., Beliau bersabda: Sempurnakanlah rukuk dan sujud, demi Allah, sesungguhnya aku dapat melihat engkau di belakangku (kemungkinan bersabda: yang di belakang punggungku) saat engkau rukuk atau sujud. (Shahih Muslim No.644)

Bahkan ketidaksempurnaan dalam melakukan rukuk dan sujud dinilai Nabi seperti orang yang mencuri di dalam shalat, sebagaimana hadits berikut ini.

Dari Qatadah RA, dia berkata,
Rasulullah saw pernah bersabda, "Paling jelek manusia dalam mencuri adalah orang yang mencuri sebagian shalatnya". Ada seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dia mencuri shalatnya?". Rasulullah saw menjawab: "Dia tidak menyempurnakan rukuk shalat itu dan tidak pula menyempurnakan sujudnya".

Rukuk dan sujud sangat penting untuk membantu kita meraih kekhusyu'an.
Gerakan rukuk dan sujud akan membantu jiwa mencapai ketundukan dan kerendahan. Sikap tubuh yang membungkuk pada rukuk akan membantu jiwa kita untuk tunduk dan hormat kepada Allah. Demikian pula meletakkan kepala pada posisi yang paling rendah, akan membantu kita untuk merendahkan diri dihadapan Allah. Jika rukuk dan sujud tidak sempurna, maka dapat dipastikan, bahwa jiwa kita belum mencapai ketundukkan dan kerendahan sebagaimana yang diharapkan. Artinya, tidak mungkin meraih kesempurnaan shalat, yaitu turunnya rasa khusyu', rasa tunduk, rendah dan tenang dihadapan Allah.

Sayangnya, justru gerakan rukuk dan sujud ini yang paling banyak salah dilakukan. Pada rukuk, kesalahan yang paling sering terjadi adalah punggung melengkung, kepala menekuk terlalu dalam dan tangan diletakkan di bawah atau diatas lutut. Sedangkan yang sering salah dilakukan orang adalah punggung yang melengkung atau siku jatuh hingga menempel ke lantai.

LATIHAN 5

Pada latihan ini, kita melatih gerakan rukuk dan sujud agar lebih sempurna dan lebih terasa enak ditubuh sehingga lebih mudah meraih rasa tenang dalam gerakan itu.

Berdirilah dengan tegak, lalu angkatlah kepala menengadah sehingga Anda melihat lurus keatas agak kebelakang sedikit. Pertahankan posisi tersebut beberapa saat. Rasakan tulang punggung Anda agak tertarik sedikit. Kira-kira seperti itulah rasanya tulang punggung Anda ketika rukuk dengan tepat. Coba Anda bergerak rukuk dengan tetap mempertahankan posisi tulang punggung Anda. Jadikan pinggung Anda sebagai poros gerakan.

Ulangi beberapa kali sehingga Anda dapat meraih posisi rukuk yang benar dengan cepat.

Ambillah posisi seperti orang sedang merangkak. Tempatkan tangan kira-kira 2 jengkal dari lutut. Diam dengan santai beberapa saat. Biarkan hingga tulang punggung Anda jatuh tertarik oleh gravitasi bumi. Biarkan beberapa saat, lalu letakkan kepala Anda ke lantai untuk bersujud.

Perhatikan kedua tangan Anda. Jangan sampai sikunya menyentuh tanah dan aturlah pembagian beban agar kepala tidak menanggung berat yang terlalu besar.
Turunkan bahu Anda, kendorkan ruas-ruas tulang punggung Anda lalu diamlah hingga tubuh terasa rileks.

Ulangi beberapa kali sampai Anda dapat meraih posisi sujud dengan cepat.

STOP
Jangan melanjutkan membaca sebelum melakukan latihan di atas


Sempurnakan sujud dan rukuk

Gerakan rukuk dan sujud tidak akan sempurna jika hati kita tidak melakukan hal yang sama. Hati yang tunduk akan mengantarkan seluruh bagian tubuh kita tunduk pula. Hati sedemikian berpengaruhnya bagi tubuh kita, sehingga Nabi mengatakan bahwa jika hati baik maka seluruh tubuh kita akan ikut baik.

“Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya; jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Setelah kita dapat melakukan gerakan rukuk dan sujud dengan baik, kini kita sempurnakan dengan hati yang ikut pula tunduk dan merendah dihadapan Allah sebagaimana latihan di bawah ini.


LATIHAN 6
Duduklah seperti duduk diantara dua sujud. Dapat juga dilakukan sambil berdiri.
Memejamkan mata akan lebih baik agar suasana di sekeliling tidak mengganggu.
Niatkan hati Anda untuk tunduk dan pasrah.

Rasakan, begitu selesai Anda berniat, akan terasa seperti ada tuntunan atau dorongan untuk tunduk. Jika Anda ikuti dorongan itu, maka diri Anda semakin terbawa untuk lebih tunduk lagi. Cobalah beberapa kali sampai Anda mudah mengikuti dorongan ketundukan itu.

Kemudian lalukanlah ketundukan secara total hingga Anda tersujud dengan sendirinya. Setelah tersujud, jangan berhenti. Biarkanlah jiwa Anda mengikut ketundukan itu semakin dalam, sampai terasa masuk menembus ke dalam bumi.

Teruslah ikut dorongan ketundukan itu sampai jiwa Anda tak sanggup lagi mengikutinya.

Setelah itu pujilah Allah sebagaimana bacaan ketika kita sujud:
"Subhahaana rabbial a'la wabi hamdi"

Sampaikan pujian dari hati yang paling dalam. Hati yang sedang dalam ketundukan.

Setiap kali memuji, rendahkan lagi hati Anda lebih dalam lagi.
Lalu diamlah dengan rela kepada Allah sampai Anda puas.

STOP
Jangan melanjutkan membaca sebelum melakukan latihan di atas

Dalam latihan tadi, saya mengajak Anda untuk betul-betul merendahkan diri di hadapan Allah. Dalam ketundukan tersebut peran hati dan jiwa sangat penting. Tubuh sekedar mengikuti gerakan jiwa kita. Meskipun demikian, sikap tubuh yang sempurna akan lebih membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

listen qur'an

Listen to Quran