"Apakah cinta itu halal atau haram????
Agama mengatakan bahwa cinta itu haram karena bisa menyiksa jiwa. Padahal orang yang mau membaca kata-kata pujangga akan merasakan indahnya hidup di ' syurga'. Dia akan merasa cinta adalah perasaan bahagia yang tidak mungkin diunkapkan dengan kata-kata. Dia juga merasa bahwa cinta adalah perasaan yang datangnya tidak bisa diduga-duga.
Perlu kita menjelaskan apa yang dimaksutkan dengan cinta. Apakah yang anda maksutkan adalah hubungan sesaat yang terjalin diantara dua remaja yang saling mengumbar kata-kata cinta dan pandangan mata di jalan-jalan dengan cara mencuri-curi ? juga perilaku- perilaku kurang pantas lainnya, baik berupa ucapan atau perbuatan?
Jika yang anda maksutka dengan cinta adalah sepeti itu , maka jelas itru ' haram'. Itu juga tidak cinta yang dimaksutkan para penyair. Cinta sejati adalah cinta yang lahir dari perasaan saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti dan menerima kekurangan yang dimiliki pasangannya. Kemudiaan dia menerima apa adanya atas dasar keyakinan bahwa tidak ada orang yang sempurna. Juga selama kekurangannya itu tidak menyangkut hal-hal yang prinsipil, seperti agama, keberhasilan dalam hidup, dan kepribadiaan yang lurus.
Tidak benar bahwa cinta adalah perasaan yang lahir secara tiba-tiba dan tanpa bisa diduga. Hal itu hanya bisa di terapkan pada perasaan kagum atau perasaan tertarik dengan lawan jenis. Kedua perasaan itulah yang biasanya lahir secara spontanitas. Sementara dalam cinta kita bisa menentukan kriteria yang kita inginkan dari pendamping hidup kita, serta tidak menutup mata dari kriteria yang tidak kita kehendaki. Kita hendaknya tidak berharap akan mampu mengubah sesuatu yang tidak kita senangi. Karena secara phisikologis, tak seorangpun mampu mengubah orang lain selama orang itu tidak memiliki keinginan untuk berubah.
Cinta termasuk bagian yang paling fital dalam kehidupan seseorang. Hanya saja, bukan merupakan tindakan yang bijak jika kita hanya memikirkan cinta saja. Karena hidup ini lebih indah dari sekadar memikirkan soal cinta. Apa yang selama ini ditulis oleh pujangga hanyalah salah satu usaha untuk memuaskan jiwa dan usaha untuk menikmati fantasi yang dimilikinya, sementara dia tetap menjalani kenyataan ini dengan berbagai warna yang ada. Mereka juga berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kesuksesan hidup, serta tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menariknya mundur. Inilah yang harus kita lakukan.
Sementara itu, agama tidak mengharamkan cinta yang lahir diantara para remaja, selama tidak melanggar ajaran agama, dan selama tujuan utamanya adalah menikah dan bukan mencari-cari kesempatan untuk berdua-duan ditempat sepi. Ditambah lagi banyak sekali cinta yang tumbuh subur dalam pernikahan tradisional. Yang mana dalam pernikahan model ini perkenalan antara kedua belah pihak berlansung dalam lingkungan yang penuh dengan kesucian, kemudiaan terjadilah pernikahan. Dan secara berlahan-lahan cintapun tumbuh dihati keduanya. Sebuah cinta tidak harus tumbuh jauh dari pengawasan keluarga. Fakta yang ada justru mengatakan sebaliknya. Karena keberadaan keluarga akan sangat membantu tercitanya lingkungan yang cocok bagi tumbuhnya sebuah cinta.
Disisi lain pacaran hanya akan mendatangkan kesedihan dan penderitaan bagi seorang gadis. Pacaran hanya akan membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak percaya pada para lelaki. Lebih-lebih, pacaran akan menodai harga diri seorang gadis. Gadis yang cerdas adalah gadis yang mampu menempatkan nyanyian dan puisi-puisi secara proporsional,dan tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup. Karena jika itu terjadi maka dia akan banyak menderita kerugian. Dia akan menyangka bahwa dirinya telah berjalan untuk meraih kebahagian, sementara pada kenyataannya dia sedang berjalan di jalan yang penuh duri dan penyesalan yang tidak bisa dihindari lagi.
Sumber : La Tahzan for LOVE karya Najla Mahfuzh ( penerbit akar media )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar