Manusia
adalah makhluk yang lemah, adakalanya ia sering berbuat khilaf dan dosa
dengan sadar ataupun tanpa disadarinya, namun sebaik baiknya orang yang
berbuat dosa adalah yang selalu memohon ampunan atas segala dosa yang ia
lakukan. Istighfar merupakan salah satu jalan untuk memohon
ampunan-Nya. Istighfar mempunyai kedudukan yang tinggi dalam diri
seorang hamba, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala memadukannya dengan iman ketika berbicara tentang kaum kuffar:
“Dan
tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika
petunjuk telah datang kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada
Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah
berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka
dengan nyata”. (QS. Al-Kahf : 55)
Tidak ada
seorangpun yang terbebas dari dosa, dan itu wajar sebagai bagian dari
fitrah insaninya. Oleh karena itu, manusia senantiasa wajib bertaubat
dan beristighfar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
Dan dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At-Tahrim: 8).
Taubat
nasuha –sebagaimana di katakan oleh Imam Ibnu Katsir – yaitu taubat yang
murni dan sungguh-sungguh yang dapat menghapus kejelekan-kejelakan yang
telah dikerjakannya. Mampu mencegahnya dari perbuatan-perbuatan yang
hina, berlepas diri dari perbuatan dosa, menyesali dosa-dosa yang telah
lalu, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.