Abd al-Karim ibn Hawazinal-Qusyairi
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa seseorang menghadap Nabi
saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, bimbinglah saya.” Beliau menjawab, “Semoga
anda mempunyai ketakwaan kepada Allah, karena ketakwaan adalah kumpulan
seluruh hal yang baik. Semoga anda dapat melaksanakan jihad, kerana
jihad adalah kerahiban kaum muslimin. Dan mudah-mudahan anda sibuk
mengingat Allah, karena zikir adalah cahaya bagi anda.”
Al-Kattani mengatakan, “Dunia dibagi secara adil sesuai dengan penderitaan yang dideritai dan kehidupan akhirat dibagi secara adil sesuai dengan takwa.”
Al-Jurairi mengatakan, “Orang yang belum menjadikan takwa dan kesedaran
sebagai hakim, antara dirinya dan Tuhan tidak akan memperoleh makrifat
dan kemanisannya.”
Al-Nasrabadzi menjelaskan, “Takwa adalah bahwa si hamba waspada terhadap
segala sesuatu selain Allah SWT.” Sahl mengatakan, “Siapa pun
menginginkan takwa yang sempurna, hendaklah menghindari setiap dosa.”
Seseorang menegaskan, “Tuhan menjadikan berpaling dari dunia mudah bagi
orang yang benar-benar bertakwa. “ Abu Abdullah Al-Rudzbari mengatakan,
“Takwa adalah menghindarkan diri dari segala sesuatu yang menjadikan
anda jauh dari Tuhan.”
Abul Hasan Al-Farisi menyatakan, “Takwa mempunyai aspek luar dan aspek
dalam. Aspek luarnya adalah perlaksanaan syariat dan aspek dalamnya
adalah niat dan mujahadah.”
Dikatakan, “Takwa itu ditandai oleh tiga sikap yang baik: tawakkal
terhadap apa yang belum dianugerahkan, berpuas hati dengan apa yang
telah dianugerahkan, dan bersabar dalam menghadapi milik yang hilang.”
Talq Ibn Habib menjelaskan, “Takwa adalah bertindak sesuai dengan
ketundukan kepada Tuhan melalui petunjuk-Nya, dan pada saat yang sama
takut kepada hukuman-Nya.”
Pada suatu hari, Abu Yazid Al-Bustami membeli kunyit jingga di Hamadhan.
Dia menjumpai hanya sedikit kunyit jingga, dan ketika dia kembali ke
Bistham, dia menemukan dua ekor semut pada kunyit itu. Maka, dia kembali
ke Hamadhan dan melepaskan kedua semut itu.
Abu Hanifah tidak pernah mau berteduh di bawah kerindangan pohon milik
orang yang berhutang kepadanya. Dia menjelaskan, “Sebuah hadith
menyatakan, ‘Setiap hutang yang pengembaliannya disertai kelebihan
adalah riba’.
Abu Yazid sedang mencuci jubahnya di luar kota bersama seorang
sahabatnya, ketika sahabatnya berkata, “Jemurlah jubah anda dipagar
dinding kebun buah itu”. Abu Yazid menjawab, “Jangan menancapkan paku di
dinding orang.” Sahabatnya menyarankan, “Jemurlah di atas pohon.” Abu
Yazid menjawab, “Saya khawatir ia akan menyebabkan cabang-cabangnya
patah.” Dia berkata, “Bentangkanlah ia di atas rerumput.” Abu Yazid
menjawab, “Rerumput itu makanan haiwan ternak. Jangan kita menutupnya
dengan jubah ini.” Selanjutnya, dia menghadapkan punggungnya sehingga
satu sisi jubahnya yang menghadap matahari menjadi kering, lalu dia
menghadapkan sisi yang lain ke matahari sehingga kering.
Pada suatu hari Abu Yazid memasuki masjid dan manancapkan tongkatnya ke
tanah. Tongkat itu jatuh dan menimpa tongkat seseorang yang berusia
lanjut, yang juga menacapkannya di tanah, dan menyebabkan tongkat orang
tua tersebut jatuh. Orang tua itu membongkok, lalu mengambil tongkatnya.
Abu Yazid pergi ke rumah orang tua tersebut dan meminta maaf kepadanya,
dengan mengatakan, “Anda tentu merasa terganggu disebabkan kelalaian
saya, ketika anda terpaksa membongkok.”
Utbah Al-Ghulam tampak bercucuran keringat di musim dingin. Ketika
orang-orang di sekitarnya menanyakan hal itu kepadanya, dia memberikan
penjelasan, “Ini adalah tempat di mana saya telah memberontak kepada
Tuhan saya.” Ketika diminta memberikan penjelasan lebih lanjut, dia
mengatakan, “Saya mengambil sebongkah tanah dari dinding ini, supaya
tamu saya dapat membersihkan tangan dengannya,tetapi saya tidak meminta
izin terlebih dahulu kepada pemilik dinding ini.”
Dikatakan bahwa takwa mempunyai
bermacam-macam aspek; takwa bagi kaum awam adalah menghindari syirik,
bagi kaum terpilih menghindari dosa, bagi ahli sufi menghindari
pergantungan kepada amal, dan bagi para nabi menghindari menisbatkan
amal kepada selain Tuhan, demi Dia.
Amir Al-Mukminin Ali ra menyatakan, “Kaum yang paling mulia di antara
seluruh ummat manusia di dunia adalah kaum dermawan, dan yang paling
mulia di akhirat adalah kaum yang bertakwa.”
Diriwayatkan oleh Abu Umamah, bahawa Nabi saw menegaskan, “Apabila
seseorang melihat kecantikan seorang wanita dan kemudian menundukkan
matanya setelah tatapan pertama, maka Tuhan menjadikan tindakannya itu
suatu ibadah yang rasa manisnya dirasakan oleh hati orang yang
melakukannya.”
Al-Junaid sedang duduk-duduk bersama Ruwaym, Al-Jurairi dan Ibn Atha’. Al-Junaid mengatakan: “Seseorang hanya boleh selamat apabila berlindung secara ikhlas kepada Allah.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ
وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ
أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬
Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
lelaki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan
bersuku, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu
dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah
orang yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan
atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam
PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu). (Al-Hujraat: 13)
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ۖ وَلَلدَّارُ
ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang
sia-sia dan hiburan yang melalaikan dan demi sesungguhnya negeri akhirat
itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh itu, tidakkah kamu
mahu berfikir? (Al-An'am: 32)
وَيُنَجِّى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ بِمَفَازَتِهِمۡ لَا يَمَسُّهُمُ ٱلسُّوٓءُ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
Dan (sebaliknya) Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
(yang menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan maksiat) dengan mereka
mendapat kemenangan besar (keredaan Allah) mereka tidak akan disentuh
sesuatu yang buruk dan tidak akan berdukacita. (Az-Zumar: 61)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar