Cerita ini dituturkan dari pengalaman Shalih Al-Mazi.
Pada suatu malam bertepatan malam jum’at, Shahih Al-Mazi pergi kemesjid jami’ untuk mengerjakan shalat subuh. Kebiasaannya berangkat awal sebelum masuk waktu subuh dan melalui sebuah perkuburan. Di perkuburan itu Shahih duduk sesaat sambil membaca doayang dapat mendatangkan kebaikan bagi ahli kubur semuanya karena ia tau waktu subuh masih lama lagi. Tiba-tiba ia tertidur dan bermimpi melihat ahli kubur keluar beramai-ramai dari kubur masing-masing.
Mereka duduk berkumpul sambil bercakap-cakap antara sesama mereka. Al-Mazi melihat seorang pemuda ahli kubur memakai baju kotor serta tidak berkumpul dengan ahli kubur yang lain. Dia duduk seorang diri di tepi kuburnya dengan wajah murung karena sedih.
Tidak beberapa lama kemudian datang malaikat membawa beberapa nampan yang ditutup dengan kain, seolah-olah seperti cahaya yang gemerlapan. Malaikat mendatangi para ahli kubur dengan membawa nampan-nampan itu, tiap orang mengambil nampan dan dibawanya masuk kekuburnya. Semua ahli kubur mendapat satu nampan sehingga tinggallah si pemuda yang kelihatan sedih itu seorang diri tidak mendapat apa-apa. Dengan perasaan sedih dan duka ia bangun dan masuk lagi kekuburnya. Tapi sebelum masuk kekuburnya Al-Mazi yang bermimpi menahan pemuda itu untuk bertanya tentang keadaannya.
” Wahai hamba Allah ! aku lihat engkau sangat bersedih, mengapa?” tanya Shalih Al-Mizi
” Wahai shalih apakah engkau melihat nampan -nampan yang dibawa malaikat barusan?” pemuda itu balik bertanya
” Ya, aku melihatnya. Tapi benda apa yang ada di nampan -nampan itu?” tanya Al-Mizi
Si pemuda menerangkan bahwa nampan-nampan itu berisi hadiah orang-orang yang masih hidup untuk orang-orang yang sudah mati yang terdiri dari pahala sedekah, bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan doa. Hadiah-hadiah itu selalu datang setiap malam jum’at. Si pemuda menerangkan tentang dirinya dengan panjang lebar.
Katanya ia mempunyai seorang ibu yang masih hidup dialam dunia bahkan telah menikah lagi dengan suami yang baru. Akibatnya ia lupa bersedekah untuk anaknya yang sudah meninggal dunia sehingga tidak ada lagi orang yang mengingat si pemuda. Maka sedihlah sipemuda itu tiap malam jum’at apabila melihat orang lain menerima hadiah sedangkan dia tidak menerima apa-apa.
Al-Mazi sangat sedih mendengar cerita si pemuda. Lalu ia bertanya nama dan alamat ibu pemuda itu.
Pada siang harinya Al-Mizi mencari lamat yang dibrikan pemuda itu. Setelah mencari kian kemari beliaupun berjumpa dengan ibu si pemuda itu, lantas menceritakan perihal mimpinya.
Ibu itu menangis mendengar cerita Al-Mizi mengenai nasip anaknya yang berada di alam barzakh sana. Kemudian ia berkata,” Wahai Shalih, memang betul dia anakku. Dialah belahan hatiku, dia keluar dari dalam perutku. Dia tuhbuh besar dengan minum susu dariku dan pangkuanku inilah tempat ia berbaring dan tidur ketika kecil.”
Al-Mizi turut sedih melihat keadaan si ibu yang meratap dan menangis penuh sesalkarena lupa mendoakan anaknya yang sudah mendahuluinya.
” Kalau begitu saya mohon diri,” kata Al-Mizi, lalu beranjak meninggalkan wanita itu.
Tatkala ia akan melangkah siibu menahan Al-Mizi untuk jangan pergi dulu. Si Ibu masuk kedalam kamarnya lalu keluar dengan membawa uangsebanyak seribu dirham.
” Wahai Shalih, ambillah uang ini dan sedekahkanlah untuk anakku, cahaya mataku. Insyaallah aku tidak akan melupakannya untuk berdoa dan bersedekah untuknya selama aku masih hidup.”
Shalih Al-Mizi mengambil uang tersebut untuk disedekahkan kepada fakir miskin, sehingga tidak sepersenpun dari seribu dirham itu tersisa. Dilakukannya semua itu karena amanah yang diberikan oleh ibu sioemuda tadi.
Pada malam jum’at brikutnya Al-Mizi berangkat kemesjid jami’ untuk shalat brjamaah. Dalam perjalanan sebagaiana biasanya ia singgah diperkuburan. Disitulah ia yerlena sekejap dan bermimpi melihat ahli kubur keluar dari kuburnya masing-masing. Si pemuda yang dahulunya kelihatan sedih ,kotor dan seorang dirikini keluar bersama-sama ahli kubur lainnya dengan memakai pakaian putih yang indah serta wajahnya kelihatan sangat bergenbira. Pemuda itu mendekati Al-Mizi seraya berkata,
” Wahai tuab Shalih aku ucapkan terima kasih kepadam . Semoga Allah membalas kebaikanmu.”
” Hadiah dari ibuku telah aku terima pada hari jum’at,” katanya lagi
” Apakah engkau bisa mengetauhi hari jum’at?” tanya Al-Mizi
” Ya tentu.”
” Apa tandanya ? “
” Jika burung-burung di udara berkicau dan berkata, ” Selamat, selamat hari yang baik ini yakni hari jum’at.
Shalih Al-Mizi terjaga dari tidurnya. Ia coba-coba mengingat mimpinya dan merasa gembira karena si pemuda telah mendapat rahmad dari Allah disebabkan sedekah dan doa dari ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar