Selasa, 17 Mei 2011

Ikhlas

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon ampun kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kita dan dari buruknya amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang haq kecuali Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Konsep Ikhlas dalam Islam sudah sangat banyak diulas oleh para ulama salaf secara detail, dilengkapi dengan contoh-contoh riil dari Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatdan tabi’in. Islam yang terdiri dari tiga komponen penting ; akidah, ibadah, dan akhlaq, belum dikatakan sempurna bahkan tidak diterima di sisi Allah Subhaanahu wa ta’ala apabila tidak didasari dengan keikhlasan.

Ikhlas bukan teori untuk dihafal, tapi sebuah ajaran untuk diterapkan dalam setiap aktivitas seiring desahan nafas. Imam Bukhari menempatkan hadits tentang ikhlas dan niat diurutan pertama dalam kitab shahihnya, demikian juga yang dilakukan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Riyadhu As-Shalihin. Karena keikhlasan harus ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam.

Secara bahasa ikhlas berarti  murni dari segala  campuran. Berkenaan dengan amal, maka amal itu dikatakan ikhlas jika tidak tercampuri dengan sesuatu yang mengotorinya, seperti mencari pujian orang dalam ibadahnya.

Secara istilah ikhlas berarti, memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala dari hal-hal yang mengotorinya.  Arti lainnya, menjadikan Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Al-Khaliq serta semata-mata hanya mengharap keridhoan-Nya.

Diantara dalil yang mengharuskan kita untuk senantiasa ikhlas dalam ibadah adalah:
Firman Allah Ta’ala:
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan dien (agama) 

kepadaNya, lagi bersikap lurus.” (Al-Bayyinah : 5).
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamanya yang bersih (dari syirik).” (Az-Zumar : 2-3)

Abu Umamah meriwayatkan, seseorang telah menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang Yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “ Ia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang tadi mengulangi pertanyaan-nya tiga kali, dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pun tetap menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.” Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajah-Nya.

Abu Sa’id Al-Khudriy Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa pada waktu haji Wada’, Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar kata-kataku lalu menjaganya. Betapa banyak orang yang membawa pemahaman., tetapi ia sendiri tidak paham. Tiga hal yang seorang mukmin tidak akan dengki terhadapnya, mengikhlaskan amal kepada Allah, memberikan loyalitas kepada para pemimpin kaum muslimin, dan selalu bergabung dengan jamaah mereka.”
Keikhlasan dalam amal menjadi salah satu sebab diterimanya amal, kemenangan umat, selamat dari azab akherat,  meninggikan derajat di akherat, selamat dari kesesatan di dunia, menjadi sebab ditambahnya petunjuk, diterima dimuka bumi, mendapatkan nama baik disisi manusia, dilepaskan dari kesusahan dunia, hati merasa senang dan bahagia, jiwanya dihiasi keimanan dan benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan, dapat menanggung beban kesulitan yang dahsyat di dunia dan dikabulakannya doa.

Ya'qub berkata, "Orang ikhlas adalah yang menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya,   sebagaimana ia menyembunyikan keburukan­keburukannya".
As-Suusiy berkata, "Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi."

Apa yang disampaikan di atas menjelaskan tentang membersihkan amal dari sifat 'ujub. Merasa ikhlas dan melihat keikhlasan diri adalah 'ujub. Dan itu merupakan salah satu perusak keikhlasan. Amal yang ikhlas adalah yang bersih dari segala jenis perusak keikhlasan.
Sebagian ulama berkata, "Ikhlas sesaat berarti keselamatan abadi. Tetapi ikhlas itu sulit sekali."

Suhail pernah ditanya tentang sesuatu yang paling berat bagi diri. la menjawab, "Ikhlas, sebab dengan ikhlas, diri tidak mendapatkan bagian dari apa yang dikerjakan sama sekali."
Fudhail berkata, "Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya'. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah Azza wa jalla menyelamatkanmu dari keduanya.

Sumber : http://muslimahtips.com/akhlak/51-ikhlas-.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

listen qur'an

Listen to Quran