Selasa, 17 Mei 2011

Khassyatullah (Rasa Takut kepada Allah)

Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam yang telah menunjukkan kita jalan-Nya yang haq, yang membuka mata hati kita sehingga kita berusaha mengikuti Rosul-Nya karena padanyalah  suri tauladan yang mulia.

Rasa takut kepada Allah (khassyatullah) merupakan bagian dari akhlaq yang semestinya dimiliki oleh seorang muslim. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat telah menjadikan sifat ini sebagai perisai bagi keimanan mereka. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Dari Salim bin Basyier, bahwa Abu Huroiroh radliyallahu 'anhu menangis di kala sakit. Ditanyakan kepadanya, "Apa yang membuat anda menangis ?" Beliau menjawab, " Aku bukan menangis terhadap dunia kalian ini, tetapi karena jauhnya perjalanan, sedangkan bekalku sedikit. Aku akan berjalan mendaki, lalu turun menuju jannah atau turun menuju neraka. Aku tidak tahu mana yang akan kutuju."[ As Siyar II/625].

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman : Sesunggunya yang paling takut kepada Alloh,diantara hamba-hamba-Nya adalah Ulama. [Faatir:28]
Ibnu Mas'ud berkata : Ilmu itu bukan karena banyaknya perkataan, tetapi karena khosyatulloh (takut kepada Allah). [HR Thobroni, Majma' Zawaid, Haitsami X/235]

Imam Ahmad berkata : Pokok ilmu adalah khosyah (kepada Allah). [Dzamul Jahl, Muhammad Ruslan, 187]
Ar Raaghib berkata,”Khosyah adalah khouf (takut) yang tercampuri dengan pengagungan. Mayoritas hal itu muncul didasarkan pada pengetahuan terhadap sesuatu yang ditakuti. (Al Mufradaat hal 149, dinukil dari Hushuulul Ma'muul, hal. 89)

Takut menempati kedudukan   yang amat penting dalam Islam, dan jenis ibadah yang sangat agung serta wajib dimurnikan hanya kepada Allah Ta'alaa saja dan tidak menyandarkan kepada yang lainnya.
Dalam kitab Al-Qamus, makna al-khasyah berasal dari kata khasyiya, maknanya khafahu, yang berarti takut kepadanya. Ada juga yang memaknai khasyah dengan perasaan takut yang disertai perasaan mengagungkan, inilah makna yang paling tepat-Allahu A’lam-.

Rasa takut kepada selain Allah Ta'alaa dibagi menjadi 3 bagian :
  • Rasa takut yang bisa menyebabkan kesyirikan seperti takut kepada sesuatu yang diagungkan, baik itu nabi, wali, jin, kuburan, pohon besar, yang dapat memberikan dampak negatif baik di dunia maupun di akhirat dan mengalahkan ketaktannya kepada Allah Subhanahuwata’ala.
  • Rasa takut yang diharamkan, yaitu takut kepada makhluk untuk melaksanakan perintah yang wajib, atau menjauhi yang diharamkan Allah Ta'alaa. Firman Allah Ta'alaa : "(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman [QS. Ali Imran: 173-176].   .
  • Rasa takut yang diperbolehkan, yaitu rasa takut yang alami, yang biasa terjadi,  seperti takut kepada musuh, binatang buas, api, dan lainnya.
Qatadah berkata : “Pemurnian takut (kepada Allah Ta'alaa) termasuk syarat kesempurnaan Iman.”Syetan menampakan kawan-kawannya sebagai sesuatu yang kuat di hati kamu. Jika keimanan kuat maka hilanglah rasa takut dari dadanya dan jika iman lemah, maka kuatlah rasa takut kepada syaitan.
 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62)  Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran.

Adanya rasa takut akan membantunya untuk tidak keluar dari jalan sehingga bisa selalu menuju sesuatu yang dicintainya, dan rasa harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merupakan kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperhatikan hal itu. Syaikhul Islam berkata: "Apabila seorang insan tidak merasa takut kepada Allah maka dia akan memperturutkan hawa nafsunya. Terlebih lagi apabila dia sedang menginginkan sesuatu yang gagal diraihnya. Karena nafsunya menuntutnya memperoleh sesuatu yang bisa menyenangkan diri serta menyingkirkan gundah gulana dan kesedihannya. Dan ternyata hawa nafsunya tidak bisa merasa senang dan puas dengan cara berdzikir dan beribadah kepada Allah maka dia pun memilih mencari kesenangan dengan hal-hal yang diharamkan yaitu berbuat keji, meminum khamr dan berkata dusta..." (Majmu' Fatawa, 1/54,55) dinukil dari Hushuulul Ma'muul, hal.77).

Beliau juga berkata, "Khouf yang terpuji adalah yang dapat menghalangi dirimu dari hal-hal yang diharamkan Allah." Sebagian ulama salaf mengatakan, "Tidaklah seseorang terhitung dalam jajaran orang yang takut (kepada Allah) sementara dirinya tidak dapat meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan." (Al Mufradaat fii Ghariibul Qur'an hal. 162 dinukil dari Hushuulul Ma'muul, hal. 79)
Rasa takut kepada Allah merupakan bagian dari ibadah Allah ta'ala berfirman yang artinya: "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka, siapakah diantara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57)

Salafus shalih dan Khosyyah mereka kepada Allah Azza wa-Jalla
Dari Abdullah bin Dinar berkata: Saya pergi bersama Ibnu Umar radliyallahu 'anhu ke Makkah, di tengah perjalanan, kami berhenti sebentar untu istirahat. Tiba-tiba ada seorang penggembala turun dari bukit menuju ke arah kami. Ibnu Umar bertanya kepadanya ," Apakah kamu penggembala?" "Ya", jawabnya.(Ingin mengetahui kejujuran sipenggembala itu) Ibnu Umar melanjutkan, "Juallah kepada saya seokor kambing saja." Sipenggembala itu menjawab, " Saya bukan pemilik kambing-kambing ini, saya hanyalah hamba sahaya." "Katakan saja pada tuanmu, bahwa seekor kambingnya dimakan serigala", kata Ibnu Umar radliyallahu 'anhu. "Lalu dimanakah Allah 'Azza wa-Jalla ?", jawab penggembala mantap. Ibnu Umar bergumam, "Ya, benar. Di manakah Allah 'Azza wa-Jalla ?" Kemudian beliau menangis dan dibelinya hamba sahaya tadi lalu dimerdekakan . [HR. Thabrany, para perawinya tsiqqah. Siyaru A'laamin Nubala`, Abu Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahaby (wafat th. 748 H.) II/216].

Dari al-Qosim bin Muhammad, "Kami pergi safar bersama Ibnul Mubarak rohimahullah. Aku selalu bertanya dalam hati, Apa kelebihan orang ini yang menyebabkannya sangat terkenal. Kalau dia sholat, kami juga sholat. Kalau dia shoum, kami juga shoum. Kalau dia berperang, kami juga berperang. Kalau dia pergi haji, kami juga melakukan hal yang sama." al Qosim melanjutkan," Pada suatu saat, di tengah perjalanan ke Syam, kami makan malam di sebuah rumah. Tiba- tiba lampu padam. Sebagian kami berdiri (masuk kamar) untuk mengambil lampu. Tidak lama kemudian seseorang datang dengan lampu menyala. Aku melihat Ibnul Mubarak, ternyata jenggutnya telah basah dengan air mata." Aku berkata dalam hati," Dengan khasyyah ini, rupanya beliau lebih baik dari pada kami. Mungkin ketika lampu padam, ruangan jadi gelap gulita, beliau ingat kematian." [Shifatus-Shafwah, Jamaluddin Abul Faraj Ibnul Jauzy(510-597 H.), V/129].

Sumber  : http://muslimahtips.com/akhlak/53-khassyatullah-rasa-takut-kepada-allah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

listen qur'an

Listen to Quran