1.gembira dengan nikmat itu,bukan karena yang memberikannya,tetapai karena semata-mata karena kelezatan dan kepuasan hawa nafsudari nikmat itu,maka ini termasuk orang lalai(ghafil)orang ini sesuai dengan firman ALLAH:Sehingga bila mereka telah puas gembira dengan apa yg diberikan itu,kami tangkap meraka dengan tiba-tiba(Kami siksa mereka dengan tiba-tiba)
2.Orang yg gembira dengan nikmat karena ia merasa bahwa itu kurnia yg diberikan ALLAH padanya,ini sesuai dengan firman ALLAH:Katakanlah:Karena merasa mendapat kurnia dan rahmat ALLAH,maka dengan itulah mereka harus gembira yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
3.Orang yg hanya gembira dengan ALLAH,tidak terpengaruh oleh kelezatan nikmat,dan tidak karena kurni ALLAH sebab dia sibuk memperhatikan ALLAH sehingga terhibur dari segala lainnya,maka tidak yg terlihat olehnya selain ALLAH,inisesuai dengan firman ALLAH:katakanlah:Hanya ALLAH kemudian biarkan mereka dalam kesibukan mereka berkecimpung(bermain-main)
Asysyibly berkata:Syukur itu jalan melihat pada yg memberi,bukan melihat nikmat pemberiannya.
Abdul Aziz Almahdawyberkata:Siapa yg tidak melihat pemberi nikmat didalam nikmat itu,maka nikmat itu hanya berupa istidraj(dilulu)dan berubah jadi bala.
Abu Hamid(muhammad)Alghazzaly membuat contoh: Seorang raja memberi hadiah kuda pada rakyatnya,maka dalam menerima nikmat pemberian hadiah ada tiga macam:
1.Merasa gembira kaena ia mendapat sesuatu yang berguna dan berharga,sesuai dengan maksut dan tujuannya dan dapat menyampaikan hajad keinginannya."Orang yang seperti ini tidak memperhatikan raja sama sekali,pandangannya hanya semata pada kuda diberi raja atau mendapat dihutan tidak beda baginya.
2.Orang yang gembira bukan karena kudanya,tetapi merasa diberi,diingati,dikasihi oleh raja,orang ini dapat membedakan antara pemberian raja dengan jika ia mendapat dihutan.
3.Orang yg merasa gembira karena dengan pemberian itu,ia dapat menggunakan untuk lebih mendekatkan diri kepada raja,sehingga dapat lebih meningkatkan kedudukannya disisi raja.
(diambil dari buku"Terjemahan AL-HIKAM" H.Salim Bahreisy penerbit Balai Buku Surabaya )
Mari kita lihat dizaman sekarang kita hanya terlena dengan nikmat yang telah diberi,sehingga kita lupa siapa yang memberi nikmat.maka dari itu mari kita perbaharui cara pandang kita tentang nikmat yang kita dapat,untuk apa nikmat itu sesungguhnya .nikmat itu sesungguhnya untuk lebih bisa membuat kita lebih mendekatkan diri kepada pemberi nikmat yaitu ALLAH SWT,sehingga kedudukan kita lebih diangkat oleh ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar